26 October 2014

Ikhlas, Dapat Menuntaskan Pekerjaan Melebihi Target!!!

  Pada suatu saat saya kedatangan
seorang teman, pada hari itu mukanya
tampak berseri-seri, nampak ada
tanda-tanda kepuasan dalam dirinya.
Memang pada hari itu tidak seperti
biasanya dia curhat pada saya tentang
suatu apapun, datang dengan muka
masam, buram, seakan ada beban yang
menghimpitnya. Belum sempat saya
bertanya, ternyata teman saya itu
mengawali ceritanya terlebih dahulu.
Bahwa sejak pagi hingga siang dan
petang, ketika berada ditempat kerja
dirinya mau berbenah-benah rumah.
Dimana rumahnya yang baru saja
direhab, peralatan rumahnya banyak
yang berantakan, ada almari pakaian,
almari buku, rak sepatu, rak piring
sampai pada bekas pintu dan jendela dan peralatan-peralatan lainnya.
Dari sekian banyak perlengkapan rumah
yang disimpan dan akan digunakan lagi.
Dia berharap dapat memindahkan almari pakaian atau membongkar papan dan bekas jendela dan pintu yang ditumpuk.

Terasa pekerjaan itu sangat berat,
dimana dalam sehari dia bekerja dan
pulang sampai rumah pukul 17.00 baru
saja istirahat dirumah, harus mandi dan segera berangkat ke musholla untuk
shalat maghrib kemudian dilanjutkan
mengajar anak-anak hingga waktu
shalat Isya’. Selesai shalat Isya’ pulang
ke rumah untuk makan dan bercengkrama dengan keluarga,
walaupun pikirannya terpecah karena
ada dua hal, menyelesaikan salah satu
atau kedua-duanya. Mengajak anak-
anaknya tidak mungkin karena mereka
masih kecil-kecil, mengajak istrinya jugaterasa tidak mungkin, disamping istrinya juga capek seharian telah bekerja dan biasanya istrinya susah untuk bersama-sama bekerja, biasanya ada alasan ini dan itu yang tidak logis.

Dengan perasaan yang terpaksa dan
bekerja yang dipaksakan, dia berupaya
untuk menahan diri untuk tidak banyak
kata, tidak marah dan tidak tergesa-gesa. Dia berupaya menurut
kemampuannya, bila dapat diselesaikan
ya syukur kalau tidak bisa, besok masih
ada waktu. Dalam hati dia meneguhkan,
bahwa sesuatu yang besar itu berawal
dari sesuatu yang kecil. Pekerjaan yang
berat dan besar tidak akan dapat
diselesaikan kalau hanya dipikirkan.
Apalagi hanya marah-marah yang justru akan manghabiskan energy, bahkan kadang bisa menimbulkan penyakit yang sama sekali tidak disangka-sangka. Dengan mengawali membaca
“Bismillahirrahmanirrahim”, dia segera
bergegas berganti pakaian kerja tak
lupa memakai topi. Walaupun waktunya
sudah cukup malam tetapi sekan-akan
waktu pagi hari, dia bersemangat untuk
bekerja, satu pekerjaan berupaya untuk
diselesaikan. Dia mengatakan, pada
waktu itu dia cukup terhibur dimana
ketika sedang membongkar tumpukan
papan jendela dan pintu, ditengah
tengah terdapat cindil tikus, tidak
tanggung-tangung jumlahnya ada
sembilan. Dia berkata “masya-Allah”
pantas saja cepat sekali perkembangannya. Dua minggu lagi dia pasti menjadi anak tikus yang siap
bereaksi menjadi musuh para petani, termasuk ibu rumah tangga, karena sering merusak dan memangsa apapun
yang dapat dimangsa.

Papan, bekas djendela dan pintu satu
persatu diangkat ternyata tidak sampai hitungan jam dapat diselesaikan. Dalam hati dia berkata “ternyata hanya segini”, tidak ada perasaan capek
sedikitpun. Begitu selesai dia segera
membenahi dan membersihkan tempat
sekelilingnya. Dalam hatinya lega
ternyata pekerjaan yang tadinya hanya satu saja dapat diselesaikan ternyata telah siap untuk menyelesaikan pekerjaan yang lain.

Kaki segera melangkah pada almari
pakaian, satu tumpukan demi tumpukan
pakaian diangkat dan dikeluarkan untuk
selanjutnya ditempatkan pada lantai
yang telah digelar tikar terlebih dahulu.
Setelah pakaian semua dikeluarkan.
Dengan pelan dan pasti dia mengambil
keset lalu diletakkan dua kaki alamari.
Lalu almari didorong, pelan-pelan almari
dapat pindah posisi masuk pada kamar
tidur yang telah disiapkan. Setelah
almari baju bertempat pada posisi yang
dikehendaki, pakaian kembali diangkat
dan dimasukkan kembali ke dalam
alamari. Dua pekerjaan ternyata dapat
diselesaikan, dia berfikir untuk dapat
membersihkan atau mengepel lantai yang terasa benyak debunya. Tanpa berfikir terlalu lama kaki segera malangkah mengambil pel dan pembersih lantai berikut ember berisi air. Ternyata pekerjaan ini dapat diselesaikan.

Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar, mengapa pekerjaan ini dapat diselesaikan bukan hanya satu atau dua pekerjaan yang dapat dieselesaikan, tetapi tiga pekerjaan secara berturut-turut dapat diselesaikan.
O, begitu, kataku kepadanya. Pantas saja kamu nampak puas dan bahagia. Saya kira kamu baru saja dapat bonus atau rapelan begitu. Dia berkata lagi, “tidak kawan, ternyata kebahagiaan, kepuasan itu kadang tidak karena uang dan tidak dapat diukur dengan uang, apakah ini namanya bekerja dengan ikhlas ya? Itulah bahwa bekerja dengan ikhlas akan membuahkan kepuasan dan kebahagiaan.
Yang berat akan terasa ringan, yang sulit akan terasa mudah. Karena itu seandainya kehidupan ini telah diwarnai
dengan keikhlasan yakin akan penuh dengan ketenangan, kedamaian,
kemakmuran dan kesejahteraan serta
memperoleh ridha dari Allah. Walaupun
sering kali keikhlasan itu harus
dipaksakan, keikhlasan harus
diperjuangkan, dan keikhlasan
memerlukan pengorbanan.

Begitu pula dengan sobat semua, ane mohon keikhlasanya untuk satu klik di sini. Terima kasih.

No comments:

Post a Comment

Jangan hanya blogwalking saja ya akhy dan ukhty, tapi tnggalkanlah jejak dengan berkomentar, agar saya bisa berkunjung balik